http://pmiiuntannews.blogspot.com/2016/03/animasi-pmii-semangat.html?m=1 |
Menjadi mahasiswa baru berarti memasuki perjalanan hidup yang baru. Dulu saat masih menjadi siswa sekolah kita hanya punya satu kewajiban yaitu belajar, belajar, dan belajar. Ketika sudah menjadi mahasiswa kewajibannya bukan hanya belajar, namun juga ada penelitian dan pengabdian ke masyarakat, sesuai dengan apa yang termaktub di tridharma perguruan tinggi.
Menjadi mahasiswa juga merupakan suatu privilege seperti yang disebutkan najwa shihab, karena itu sebuah keistimewaan yang tak semua pemuda miliki. Kita sebagai mahasiswa hanya sekian persen dari pemuda Indonesia yang mampu merasakan bangku perkuliahan.
Apakah Mahasiswa baru wajib ber-organisasi?
Lantas pertanyaan yang muncul adalah, apakah organisasi itu diperlukan dalam dunia perkuliahan? "Sangat perlu" begitulah kira-kira jawaban penulis ketika mendapatkan pertanyaan yang sama. Karena banyak materi-materi yang bakal kita dapatkan ketika ber-organisasi di masa kuliah yang mana tidak kita dapatkan ketika berada di dalam ruang kelas perkuliahan, Penulis merasakan perbedaan yang sangat signifikan antara sekolah menengah dan setelah menjadi mahasiswa. Meskipun banyak mahasiswa baru yang bisa dikatakan latar belakangnya adalah organisatoris sejak sekolah menengah, tapi itu tidak menjamin untuk bisa menemukan organisasi yang sama ketika di bangku perkuliahan.
Menurut penulis sendiri memang jauh berbeda organisasi yang ada di perguruan tinggi dan sekolah menengah, untuk itu ketika menjadi mahasiswa baru harus selektif ketika memilih suatu organisasi Ekstra atau Intra kampus. Diantara banyaknya organisasi ekstra yang ada, penulis merasa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan ormek yang recommended untuk diikuti oleh para mahasiswa.
Mengapa Harus PMII?
Setidaknya penulis memiliki tiga alasan kenapa mahasiswa itu harus PMII. Pertama, dengan pertimbangan ideologis, PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) menjadi satu-satunya organisasi kemahasiswaan yang memiliki semangat keagamaan sejalan dengan NU, yaitu tekad untuk menghidupkan ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah yang juga dipadukan dengan prinsip-prinsip nasionalisme Ke-Indonesiaan.
Kedua, Secara fakta sejarah PMII merupakan satu-satunya organisasi yang lahir dari rahim dan juga diresmikan oleh NU. Dimana PMII lahir dari keresahan para mahasiswa Ahlussunnah An-Nahdliyah merasa ideologi organisasi kemahasiswaan yang ada pada saat itu tidak sesuai,
Karena itu atas restu dari Ketua PBNU saat itu, KH. Idham Cholid, para tokoh mahasiswa NU dari berbagai daerah mengadakan pertemuan untuk menginisiasi lahirnya organisasi yang mampu mewadahi mahasiswa NU. Pertemuan tersebut berlangsung pada tanggal 14-16 april 1960 di Surabaya lebih tepatnya di Yayasan Khadijah (sekarang). Setelah melalui proses panjang sebelumnya, pada pertemuan itu disepakati bahwa wadah mahasiswa NU itu bernama PMII yang di deklarasikan pada tanggal 17 april 1960.
Ketiga, PMII melahirkan kader yang kritis dan juga berintelektual. Seperti yang di ungkapkan penulis di awal bahwa PMII tidak hanya mengasah ruang lingkup akademik saja, namun juga mengasah kemampuan non-akademik para mahasiswa. PMII juga mempunyai ruang lingkup kajian yang luas dan radikal (secara mendalam), seperti kajian keislaman, Keidonesiaan, dan juga kemahasiswaan. Dan juga PMII menyiapkan materi-materi lintas keilmuan yang tujuannya untuk membangun nalar kritis para kader. Sehingga pada saat forum-forum dialektika dapat membangun dan menghidupkan suasana dan bertukar argumen dengan sahabat-sahabati atau teman-teman dari luar PMII.
Baca juga: Sebenarnya, pergerakan mahasiswa itu penting ga sih?
Kenapa Harus Ber-PMII?
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis sebagai mahasiswa Fakultas Ushuluddin, penulis tak berharap banyak dengan materi yang disampaikan pada saat perkuliahan, karena melihat tipologi mahasiswa fakultas ushuluddin mayoritas merupakan lulusan pondok pesantren. Tak heran jika mahasiswa baru Ushuluddin sudah ada bekal dan tak asing dengan materi yang disampaikan.
Penulis juga mengungkapkan bahwa dalam ber-PMII para kader juga akan dilatih soft skill kepemimpinan (leadership), berbicara di depan publik (public speacking), manajemen organisasi, jurnalistik, teknik lobi (lobbying), dan masih banyak lagi, yang tentunya tidak bakal kita dapatkan di perkuliahan.
Dengan ber-PMII kita juga melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar, mendengar keresahaan masyarakat, dan persoalan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa yang ber-PMII mampu untuk menemani masyarakat. Kita dilatih untuk membangun kepekaan, tak hanya itu, tapi juga dengan empati yang di sertai dengan aksi nyata.