https://www.google.com/ |
Perempuan. Sosok yang kuat namun sering diminoritaskan, dianggap lemah bahkan dimarginalisasikan. Oleh karena itu menjadi hal yang lumrah jika saat ini merekan ingin menunjukkan sebagai sosok perempuan yang berkompeten.
Al-quran memberikan pengertian dan tempat yang sangat mulia untuk perempuan. Sesuai dengan yang tertulis di dalam Al-quran pada surah Ali-Imran, An-Nisa, Al-Mujadalah, An-nahl dan Al- Ahzab dsb. Namun budaya Patriarki seakan-akan melenyapkan hal tersebut.
Telah banyak perempuan yang turut serta mengabdikan hidupnya untuk perjuangan kesejahtaraan bangsa. Mengubah stigma yang mungkin sudah melekat erat dengan perempuan. Ya, stigma (1) Kasur (2) Dapur (3) Sumur. Stigma yang seakan-akan menjadi kewajiban (kodrat) yang harus dilaksanakan oleh setiap perempuan.
Pada era ini Perempuan muda sering menggaungkan dan terus mengkaji terkait isu kesetaraan gender. Bagaiamana seharusnya mereka mendapatkan haknya sesuai kemampuan yang dimiliki.
Sebelum jauh masuk ke dalam era sekarang, izinkan saya memperkenalkan sosok yang begitu luar biasa. Mungkin beliau saat ini bukanlah sosok pegiat kesetaraan gender atau aktifis feminis. Namun beliau telah menunjukkan langkah pastinya dalam menunjukkan Bahwa perempuan juga mampu untuk berperan penting dalam bidang pendidikan, politik juga sosisal.
Beliau, Ibu Nyai Hj. Nafisah Sahal Mahfudz, istri dari K.H. Sahal Mahfudz. Tentu nama kyai Sahal sudah tidak asing lagi. Beliau merupakan Rais ‘Aam PBNU pada tahun 1999-2014 serta ketua MUI pada tahun 2000-2010. Nyai Nafisah lahir pada 8 Februari 1946 (Jombang, Jawatimur)
Nyai Nafisah merupakan sosok ulama perempuan yang perlu di kenal oleh para perempuan muda saat ini. Kiprah beliau dalam dunia politik, pendidikan serta sosial keagaaman sudah tidak perlu di ragukan lagi. Beliau Pernah menjadi anggota DPRD kabupaten Pati dan DPRD RI, serta menjabat sebagai ketua PC Muslimat NU pada tahun 1976-1978, Pimpinan Muslimat NU Jawa Tengah pada tahun 1993-2005, dan masuk dalam jajaran Ulama Perempuan pengurus Mustasyar PBNU mulai dari era kepemimpinan K.H Aqil Siraj hingga saat ini.
Nyai Nafisah merupakan pendiri pesantren putri Al-Badi’iyyah. Berawal dari keinginan untuk mendirikan pesantren putri, namun pada saat itu terdapat bebrapa hal yang menyebabkan belum terwujudnya keinginan nyai nafisah tesebut. Salah satunya yaitu belum mendapatkan izin dari suami (Mbah Sahal Mahfudz) dengan pertimbangan beratnya mengurus santri putri. Namun dengan niat serta usaha yang gigih “Pesantren Putri Al- Badi’iyyah” dapat diwujudkan pada tahun 1972.
Beliau merupakan sosok yang begitu disiplin, giat serta sangat perhatian terhadap santri-santrinya. Banyak dari sikap keseharian beliau yang dapat diambil sebagai landasan dalam menyikapi suatu permasalahan hidup. Juga etos semangat dalam menunjukkan bahwa perempuan pun mampu berperan dalam bidang sosial, politik maupun pendidikan.
Untuk mengenang beliau, mari kita hadiahkan surat al fatihah kagem ibu nyai Nafisah..
Al- Fatihah.
Oleh : Umi Hanifah
Referensi :
https://jashijau.com/mengenal-ibu-nyai-nafisah-sahal-dan-kiprahnya/
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/ayat-alquran-tentang-kedudukan-wanita
https://www.laduni.id/post/read/73707/biografi-nyai-hj-nafisah-sahal-mahfudh