Politik dalam Revolusi Industri

 



Judul               : PMII dan Bayang-Bayang Revolusi Industri 4.0

Penulis             : Joko Priyono

Jenis                : Politik

Penerbit           : Buku Revolusi

Tahun Terbit    : 2020

Tebal               : xviii+218

Peresensi         : Tsalatsa Alifa


source: google search

 

            Kata revolusi industri 4.0 akhir-akhir ini banyak dibicarakan oleh kalangan masyarakat. Namun, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengerti apa itu makna industri 4.0 yang telah memberikan pengaruh terhadap kemajuan di Indonesia sendiri. Adanya revolusi industri juga mengakibatkan perubahan dalam cara hidup, bekerja, serta hubungan antar manusia satu dengan yang lainnya. Mencuatnya pembahasan mengenai revolusi industri bukan sebuah kebetulan atau tanpa adanya latar belakang, tapi kondisi yang di hadapi saat ini setidaknya harus membuat yakin banyak orang untuk bersiap menghadapinya dengan bijaksana.


            Sebelum berada di era revolusi 4.0, ada beberapa fase yang dilalui sehingga membuat perubahan yang komplek dan berkesinambungan dalam kehidupan. Dimulai dengan ketika ditemukannya mesin uap pada akhir abad ke-18 di Inggris, masayarakat yangsebelumnya memproduksi barang dan kebutuhan dengan tenaga makhluk hidup seperti mnusia dan binatang, mulai sedikit demi sedikit tergantikan dengan mesin uap yang memiliki kelebihan dalam segi tenaganya. Pada fase tersebut sering dinamakan dengan era revolusi industri 1.0.  Kemudian, pada akhir abad ke-19, masyarakat mulai meninggalkan tenaga uap dan beralih kepada mesin-mesin bertenaga listrik. Selain itu, pada tahap perkembangan industri ke dua ini pula, industry mulai melakukan produksi secara massal. Lalu, pada era revolusi industri 3.0 teknologi internet (computer) perlahan mulai berkembang sebagai sarana otomatisasi manufaktur.


            Revolusi industri 4.0 adalah bagaimana teknologi seperti kecerdasan buatan, kendaraan otonom (kendaraan auto-pilot), dan internet menjadi melekat dalam kehidupan manusia. Pada revolusi industri tahap keempat ini perkembangan teknologi sensor, inter koneksi dan analisis data, menjadi tanda kemunculan era ini. Kemunculan revolusi ini mengubah banyak hal di berbagai sector, bahkan robot dan alat kecerdasan buatan, mulai menggantikan kegiatan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Namun, di balik manfaat percepatan dan automasi Industri banyak sekali tantangan dalam segi ekonomi, salah satunya adalah meningkatnya jumlah pengangguran. Hal ini disebabkan pekerjaan yang diperankan oleh manusia, setahap demi setahap mulai tergantikan oleh teknologi yang semakin canggih.


            Terlepas dari pembahasan revolusi industri dan dampaknya dalam bidang ekonomi, lalu apakah revolusi industry hanya berkaitan dengan ekonomi atau perkembangan teknologi saja?. Joko Priyono dalam bukunya telah membahas mengenai hubungan revolusi industry 4.0 dengan politik. Dalam pembahasannya, kata politik tidak bisa dijauhkan dengan mahasiswa. Mahasiswa yang nantinya akan menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang, tidak patut apabila kehidupannya dijauhkan dari politik. Lantas, apa kaitannya antara revolusi industry 4.0 dengan politik itu sendiri ?.  Sekali lagi, Revolusi industry tidak hanya mendorong pada perkembangan  dalam bidang IPTEK saja, namun juga pada bidang politik yang ditandai dengan munculnya berbagai paham seperti demokrasi, imperialisme modern, sampai nasionalisme.  PMII yang kemudian menjadi salah satu organisasi gerakan mahasiswa terus mengolah, mengkritisi dan menentukan sikap terhadap politik yang nantinya salah satu gerakannya adalah dengan melakukan pendidikan kepada anggota dan kadernya mengenai perpolitikan.

           

            Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Politik akan menjadi sangat penting ketika yang menjadi fokus utama adalah kemaslahatan banyak orang. Seperti yang Gus Dur pernah sampaikan bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Maka sudah seharusnya kemanusiaanlah yang menjadi jaminanan atas berjalanannya sebuah politik.  Melihat keadaan politik di Indonesia yang sangat ironis, tentu  diperlukan perubahan yang berarti untuk membangun peradaban yang lebih baik. Di sinilah peran mahasiswa sebagai actor dalam perubahan mulai di mainkan, khususnya kader PMII.


            Kemudian sebagai agent of change, mahasiswa harus memiliki kemampuan yang hanya bisa dilakukan oleh manusia saja. Kemampuan yang hanya bisa dilakukan oleh manusia itulah yang nantinya akan mempersiapkan diri kita untuk menghadapi perubahan di era ini. Kemampuan yang dimaksud adalah soft skill dari masing-masing mahasiswa, seperti berpikir secara kritis, pemecahan masalah secara kompleks, kreativitas, dan berkoordinasi dengan orang lain. Skil-skil tersebut dapat kita asah salah satunya dengan berorganisasi.


            Buku PMII dan Bayang-Bayang Revolusi Industri 4.0 ini, hadir di tengah-tengah kita sebagai teman duduk yang asik. Perjalanan seorang Joko priyono yang terjebak dalam suatu organisasi bernama PMII. Kemudian ada pula semangat beliau yg terus ingin berproses di PMII yang patut dijadikan teladan, khususnya bagi kader-kader yang baru berproses di PMII. Di dalam bukunya, tak lupa beliau juga mencantumkan beberapa kisah inspiratif dari seorang Mahbub Djunaidi.


            Ada beberapa kata yang masih asing bagi para pembaca awam sehingga bagi yang tidak tahu harus mencari maksud dari kata tersebut. Tapi tenang, supaya dapat dengan jelas memahami kata-kata tersebut, pembaca tidak harus susah payah mencari dalam lembaran kamus kata yang belum di mengerti, pembaca juga dapat membuka kamus online pada internet. Itu juga menjadi salah satu pemanfaatan teknologi dalam revolusi industri  4.0.

Post a Comment

sahabat PMII wajib berkomentar untuk menunjang diskusi di dalam blogger

Lebih baru Lebih lama