Gambar: campuspedia.id
Judul Buku : Filosofi Teras; Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis : Henry Manapiring
Penerbit : PT Kompas Media
Nusantara
Cet/Tahun Terbit : 24/2021
Jumlah Halaman : xxiv+ 320 halaman
ISBN : 978-602-412-518-9
Peresensi : Nastain
Sebuah
era yang memiliki kemajuan pesat ini ternyata memiliki dampak negatif juga. Salah
satunya yaitu mentalitas kita terganggu
akibat dampak kemajuan pesat. Dampak-dampak mental itu seperti sering sedih,
kecewa ataupun khawatir dengan keadaan yang dialami oleh semua orang termasuk
generasi ini. Adanya problem tersebut, maka kita tentu akan mencari sebuah
pemikiran ataupun gagasan yang dapat mencegah sekaligus mengatasinya.
Filosofi
Teras, merupakan buku yang relevan menghadapi tantangan tersebut. Karya
fenomenal Henry Manampiring yang merupakan seorang praktisi periklanan ini merupakan
sarjana lulusan Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung Jurusan Ekonomi
Akuntansi (S1) dan melanjutkan pendidikan program masternya di University of Melbourne Australia.
Di
sisi lain, ia juga merupakan seorang pegiat media sosial. Menariknya, penulisan
buku Filosofi Teras ini dilatar belakangi oleh gangguan emosional penulis
seperti rasa khawatir dan risau, sehingga beliau sering berobat kepada
psikiater. Tetapi suatu saat beliau menemukan buku “How to
be a Stoic” karya Massimo Pigliucci
yang merubah mindset penulis dan
akhirnya menuliskan buku Filosofi Teras.
Diterbitkan
oleh PT Kompas Media Nusantara, buku ini berisi ajaran dari aliran filsafat stoik
yang memberikan inovasi dan juga perubahan dalam diri Om Piring dari segi cara
menghadapi dinamika tantangan kehidupan. Aliran stoik ini merupakan aliran
filsafat yang didirikan oleh Zeno. Berawal saat dirinya berlayar tetapi kapalnya
karam di dekat Athena. Ketika di Athena ia pernah masuk di toko buku dan
tertarik oleh buku filsafat. Akhirnya ia belajar filsafat kepada filsuf Cynic, lalu
pemikiraannya diteruskan oleh pengikutnya seperti chrysipus, Cato the Younger,
Marcus Aurelius, Lucius Seneca dan lain-lain.
Dalam
bukunya, aliran stoikisme dipaparkan memiliki satu pemikiran utama, yaitu
selaras dengan alam (in accordance with
nature). Maksud dari selaras dengan alam yaitu kita harus menyadari bahwa
kita adalah bagian dari alam itu sendiri. Henry memberi beberapa penekanan dari kata nature. pertama adalah menyadari bahwa
manusia adalah makhluk yang berakal. Hal ini menjadi pembeda antara manusia
dengan binatang yang pada dasarnya mereka memiliki banyak kesamaan.
Menurut
Henry, manusia yang selaras dengan alam adalah manusia yang mampu hidup sesuai
dengan desainnya, yaitu mahluk yang berakal. Penggunaan akal di sini menuntut
manusia agar bisa mencapai kebijaksanaan, dimana nanti muaranya adalah kebahagiaan.
Kebahagiaan merupakan suatu kondisi yang pada dasarnya ingin dicapai oleh semua
manusia yang ada, walaupun tolok ukur dan tingkat kebahagiaan masing-masing individu
berbeda.
Kedua,
nature diartikan sebagai manusia
merupakan makhluk sosial. Makhluk sosial ialah makhluk yang saling membutuhkan
satu sama lain, dan ini merupakan suatu kodrat yang telah ditetapkan oleh Sang
Pencipta kepada manusia. Manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan masing-masing
tanpa adanya bantuan dari makhluk lain, sehingga setiap manusia diharuskan
untuk saling hidup bersama.
Cara
bersosial di sini menurut Henry bisa menggunakan dua cara, yaitu dengan menjaga
hubungan baik sesama manusia dan juga tidak mengisolasi diri sendiri dari
kehidupan luar. Ketika kita sudah mampu menggunakan akal dan juga mampu hidup
bersosial maka kita sudah dapat hidup selaras dengan alam, sehingga efek yang
ditimbulkan akan memuaskan jiwa kita hingga kebahagiaan-kebahagiaan yang kita
inginkan bisa tercapai.
Ketiga,
nature adalah pemahaman mengenai
keterkaitan segala sesuatu di dalam hidup. Maksud dari keterkaitan ini adalah
bahwa segala sesuatu yang telah terjadi kepada kita pasti ada penyebabnya,
bukan hanya sekadar suatu peristiwa yang kebetulan terjadi. Ketika kita sudah
mampu memahami keterkaitan suatu peristiwa maka kita tidak akan mudah emosi,
saling marah-marah, mudah menyalahkan orang, keadaan ataupun mengeluarkan sikap
negatif lainnya. Apabila kita menyalahkan suatu hal pahit yang menimpa kita
menurut Henry kita sudah keluar dari keselarasan dengan alam.
Pemikiran
stoik dianggap sangat relevan dengan kondisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
yang berkembang dan mengalami kemajuan yang pesat. Hampir semua lini kehidupan sudah
mengalami perubahan baik dalam bidang transportasi, komunikasi, edukasi maupun
yang lainnya. Membincangkan perihal perkembangan IPTEK, tentu hal ini mengandung
dampak positif sekaligus dampak negatifnya.
Dampak
negatif tersebut manusia mulai keluar dari keselarasan dengan alam. Ketidakselarasan
yang berupa terkikisnya kesadaran terhadap pentingnya akal sehat, karena lebih
menggunakan emosi dalam menghadapi segala permasalahan. Selain itu, manusia
juga lebih nyaman hidup di dunia maya, sehingga mereka melupakan fitrahnya
sebagai makhluk sosial. Kebanyakan orang
juga tidak mau mencari akar permasalahan yang ada, dan justru lebih cenderung
menjustifikasi dengan tergesa-gesa.
Pemikiran
yang bercorak stoik dalam tulisan Henry ini dirasa sangat relevan. Dengan
berbagai pemikiran yang ditawarkan, kita bisa terlepas dari masalah-masalah
yang ada dan bahkan bisa menggapai kebahagiaan yang sesuai versi kita. Hal ini
dikarenakan pemikiran Henry lebih difokuskan kepada bagaimana cara
mengantisipasi ataupun mengatasi masalah dari dalam diri manusia.
Pemahaman
yang mendalam tentang konsep selaras dengan alam dapat membuat manusia mampu memahami bagaimana caranya
hidup diera seperti ini. Seperti bisa menggunakan rasio dalam menghadapi
masalah, mampu hidup bersosial dan memahami bahwa segala yang terjadi pada
dirinya memiliki keterkaitan dengan alam.
Apabila
kita mampu hidup selaras dengan alam maka setidaknya kita akan menempatkan diri sebagai manusia yang sesuai dengan fungsi kita, yang tidak terlepas dari alam
itu sendiri. Pemikiran mengenai in accordance
with nature (selaras dengan alam) juga dianggap mampu untuk menghalau
berbagai potensi yang menyebabkan kita menjadi sedih ataupun terbelenggu oleh
keinginan yang tidak dapat kita capai.
Dari
berbagai hal yang telah diterangkan, ajaran stoikisme yang mempengaruhi Henry
ternyata tetap relevan di zaman sekarang walaupun sudah ada sejak kurang lebih
2000 tahun yang lalu. Ajaran stoikisme lebih menekankan pemahaman bahwa manusia
kodratnya adalah bagian dari alam. Stoikisme juga mengajarkan suatu pemahaman
dari dalam diri manusia, yaitu berupa melatih akal agar selalu bisa digunakan
dalam berbagai tantangan yang ada, termasuk dalam mengolah mental.
Secara
keseluruhan buku ini sangat mudah dipahami karena tidak hanya menggunakan teori
terus menerus, tetapi juga ada jeda berupa ilustrasi yang dapat dikaitkan oleh
teori yang diatas. Hal ini dapat mempermudah pembaca dalam memahami isi buku.
Selain itu setiap akhir bab disebutkan poin-poin penting yang akhirnya
mempermudah pembaca dapat menemukan inti setiap bab.
Melihat
dari buku secara keseluruhan, tentu sebuah karya tak pernah luput dari
kekurangan. Begitupun halnya dengan buku ini, dari segi tata letak buku yang
masih cenderung kurang rapi, tidak menggunakan rata kanan kiri, spasi yang terlalu
berhimpitan secara tidak langsung juga mengganggu kenyamanan membaca selama
menikmati tulisan-tulisan di dalamnya.
Akan
tetapi, Filosofi Teras sangat bisa menjadi bacaan yang direkomendasikan tidak
hanya untuk kalangan intelektual saja, tetapi semua kalangan bahkan orang awam
yang tidak pernah belajar filsafat sekalipun. Sebab, Om Piring mampu
menarasikan teori-teori filsafat dan pengaplikasiannya sesederhana mungkin.
Terlebih, penekanan dalam buku ini bukan hanya terfokus pada teori-teorinya
saja, tetapi juga memberikan contoh yang sesuai.
Ajaran
stoik dalam buku ini akhirnya mengajak pembaca agar selalu menjadi bagian dari
alam itu sendiri, ajaran yang bukan sekadar berisi tulisan-tulisan teoritis semata,
tetapi juga perihal pemaknaan yang tinggi akan sebuah kehidupan yang lebih baik.
Tak hanya itu, mempelajari filsafat stoikisme dari karya Om Piring dapat
merevolusi pemikiran kita, sehingga berbagai emosi yang negatif dapat diubah
menjadi perasaan bahagia.