PMII Rashul (30/12) –Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Ushuluddin (Rashul) mengadakan diskusi bertemakan pluralisme sebagai wujud memperingati haul Gus Dur ke-12. Diskusi ini dilaksanakan melalui via google meet yang telah diikuti oleh kurang lebih 40 peserta.
Pemateri diskusi, Muhammad Taufiq menuturkan bahwa Gus Dur adalah sosok yang dekat dengan masyarakat. Hal tersebut terbukti dari sikapnya yang nyentrik namun tetap berwibawa sehingga banyak dari kalangan masyarakat yang memperingati haul Gus Dur.
“Gus Dur banyak berjasa untuk warga Indonesia sehingga masyarakat akan selalu mengenangnya. Salah satu jasanya yang paling populer adalah ideologi pluralisme,” ujarnya, Kamis (30/12/21).
Menurut Taufiq, pluralisme adalah bagian dari hablum minannas lingkup politik, agama, dan budaya. Pluralisme tidak bisa hanya dipahami secara syariat saja, melainkan dari segi tauhid dan ikhsan. Pluralisme harus dipahami oleh orang yang benar-benar memiliki wawasan yang luas.
“Pluralisme itu perlu pendekatan yang banyak, agar tidak terjadi salah paham. Sebagaimana Gus Dur adalah sosok yang gemar membaca. Sehingga pengetahuannya luas,” ungkapnya.
Selanjutnya ia menjelaskan untuk menjadi manusia pluralisme harus berbekal ilmu dan akhlaq untuk menghadapi kompleksitas kehidupan.
Mengingat manusia selalu hidup berdampingan dengan keadaan yang berbeda-beda, pluralisme mengajarkan konsep ukhuwah.
“Konsep ukhuwah itu ada ukhuwah islamiyah yaitu sesama agama Islam, ukhuwah wathoniyah yaitu sama-sama satu negara, dan ukhuwah basyariyah yaitu sama-sama manusia. Dalam konsep ini kita diajarkan untuk toleransi dengan akhlaq,” jelasnya.
Ia menutup diskusi dengan mengatakan bahwa toleransi dalam beragama adalah kunci dari pluralisme. Yakni dengan senantiasa melakukan kebaikan dapat memunculkan kebahagiaan. Oleh sebab itu manusia harus dapat memahami agama secara sempurna.
Oleh: Nayla Jannatul Ma'wa