5 Dampak Virus Corona yang Jarang Diketahui

Hampir setahun COVID-19 atau Virus Corona menyerang banyak negara. penyebab dari virus ini belum diketahui jelas asalnya, namun banyak yang beranggapan bahwa virus ini berasal dari hewan. Untuk mencegah menyebarnya virus tersebut, banyak negara yang membuat kebijakan lockdown, isolasi mandiri, serta karantina.

Perlu diketahui bahwasanya banyak dampak yang disebabkan oleh COVID-19 ini, mulai dari aspek ekonomi, politik, sosial dan keagamaan, namun ada hal lain yang jarang diketahui akibat COVID-19 ini. Berikut 5 dampak Virus Corona yang jarang diketahui;

1. Hoaks Global

Berita menggemparkan memang laku dijual. Itulah fakta dunia pers, baik di Indonesia maupun dunia. Jika tak ada berita buruk, maka spekulasi yang mencemaskan lalu diciptakan. Jika ada berita bencana, maka ia harus dibuat segempar mungkin, sehingga menciptakan ketakutan yang berlebihan.

Hoaks adalah berita palsu yang disebarkan sebagai fakta. Ia menciptakan kecemasan pribadi. Ia mempengaruhi keadaan politik dan ekonomi global. Dalam hal virus Corona, industri pariwisata di berbagai negara lumpuh.

Hoaks juga melahirkan kebencian. Kebohongan pasti melahirkan kebencian. Kebencian memecah manusia ke dalam kelompok-kelompok fiktif.

2. Mengambinghitamkan Agama

Akibat pemahaman agama yang lemah, Tuhan lalu digiring kemanapun. Segala hal selalu dicari sebabnya pada Tuhan. Padahal, manusia diberi kebebasan dan akal budi. Dengan dua hal itu, manusia bisa mengubah dunia.

Ketololan teologis lahir dari kedangkalan berpikir. Ini tentu terkait dengan mutu pendidikan yang rendah di Indonesia. Manusia tak diajak berpikir kritis, rasional dan mendalam. Yang ditekankan dan dipuja justru kepatuhan buta dan mental menghafal.

Buah dari kedangkalan adalah tafsir agama yang sesat. Tafsir sesat melahirkan kebencian di dalam hati. Tafsir sesat juga melahirkan kebencian terhadap orang lain yang berbeda pandangan. Di abad 21, agama dengan tafsir sesat adalah salah satu biang keladi berbagai persoalan politik global.

3. Banyaknya Teori Konspirasi

Teori konspirasi memang menarik. Intinya, bahwa di balik semua masalah yang ada, ada satu tokoh yang menjadi penjahat utamanya. Tok ini bisa satu orang, ataupun satu kelompok. Teori konspirasi telah menginspirasi begitu banyak film maupun novel sepanjang sejarah manusia.

Hal serupa terjadi pada virus Corona. Ia bukanlah kebetulan semata. Ada aktor global yang mendalangi semuanya. Begitulah kata para pendukung teori konspirasi. Teori konspirasi seringkali mengabaikan data. Ia senang dengan kegemparan. Data yang tak sesuai diabaikan, supaya teori yang menggemparkan bisa tercipta, dan tersebar. Apapun yang menggemparkan lebih cocok berada di film dan novel. Kenyataan terlalu membosankan. 

4. Munculnya Rasisme

Tersebarnya virus Corona kiranya menyingkap tabir rasisme yang tertutup. Rasisme adalah kebencian terhadap ras lain. Motifnya beragam, mulai dari politik, sejarah sampai dengan ekonomi. Rasisme adalah salah satu bentuk dari heterofobia, yakni ketakutan pada yang lain.

Kali ini, negara Cina yang menjadi sasaran. Mereka dianggap sebagai biang keladi utama penyebaran virus Corona. Di berbagai belahan dunia, warga Cina dan keturunan Cina mengalami diskriminasi. Di sisi lain, upaya menjadikan Cina sebagai pelaku utama ini merupakan salah satu cara untuk melumpuhkan kejayaan ekonomi Cina beberapa dekade ini.

Kebencian juga diarahkan pada para korban virus. Mereka dicaci maki oleh orang-orang yang ketakutan. Tak hanya harus menderita sakit, mereka pun menjadi tumbal dari ketakutan dan kebodohan masyarakat. Sikap berbudaya tinggi yang diajarkan tradisi dan agama tunduk di bawah rasa takut dan kebodohan. 

5. Bermunculan Penyakit-penyakit Lain

Tersebarnya Corona mengangkat kembali penyakit manusia yang terpendam. Jika karena Corona, umat manusia punah, maka tak ada lagi masalah. Namun, jika karena Corona, kita saling membenci dan membunuh satu sama lain, itulah bencana yang sesungguhnya. Corona mengajak kita berkaca.

Corona mengajak kita berkaca tentang kebohongan yang kita ciptakan tentang satu sama lain. Corona mengajak kita berkaca tentang ketololan teologis yang mengendap di dalam kehidupan kita. Corona mengajak kita berkaca tentang gosip hampa yang kita sebarkan secara buta. Corona juga mengajak kita berkaca tentang kebencian terhadap perbedaan yang bercokol di hati kita.

Corona lalu mengajak kita untuk berpikir lebih kritis dan rasional di dalam menanggapi peristiwa. Ia juga mengajarkan kita untuk beragama dengan lebih cerdas dan seimbang. Di bidang jurnalisme, Corona mengajarkan kita tentang betapa pentingnya kehadiran media yang sehat dan mencerahkan. Kita bisa bersatu sebagai manusia, belajar dari semua ini, lalu menjadi bijak karenanya, asal kita mau. 

Person Rahmat Ade Putra (Anggota Biro Luar Negeri)

Post a Comment

sahabat PMII wajib berkomentar untuk menunjang diskusi di dalam blogger

Lebih baru Lebih lama