Seorang sahabat beberapa hari lalu melalui sebuah pesan singkat, "siang ini ke sekretariat kampus?" celotehnya. Sekretariat kampus yang dimaksud adalah sebutan untuk kantin di samping Ma'had al-Jami'ah kampus UIN Walisongo dimana para sahabat sering menghabiskan waktu kosong kuliah untuk bersua dan berbincang perihal pergerakan atau sekadar menanyakan kabar. Sayangnya kantin itu sudah habis sewa dan tidak lagi mendapat izin perpanjangan dari kampus beberapa waktu sebelum kampus ditutup karena edaran pencegahan covid-19.
Sahabat yang lain pun siang tadi mengirim pesan "ayo rapat MAPABA". Sontak celotehan semacam itu di musim serba #dirumahaja, memberi angin segar pergerakan kita, menandakan ada kerinduan berkumpul, berdebat, bergerak di antara para sahabat. Perasaan dorongan seperti ini biasa kita sebut motivasi.
Sahabat yang lain pun siang tadi mengirim pesan "ayo rapat MAPABA". Sontak celotehan semacam itu di musim serba #dirumahaja, memberi angin segar pergerakan kita, menandakan ada kerinduan berkumpul, berdebat, bergerak di antara para sahabat. Perasaan dorongan seperti ini biasa kita sebut motivasi.
Bagi kader PMII, konsep motivasinya adalah motivasi hubungan manusia, yaitu mengakui kebutuhan sosial dan membuat seluruh bagiannya merasa berguna dan penting (Suwatno, 2011). Seorang sahabat memberi motivasi -langsung maupun tak langsung- kepada sahabat lainnya lalu berhasil menyalurkan perasaan yang sama (simpati). Keduanya saling terikat dan merasa butuh-membutuhkan.
Satu lingkup pergerakan PMII (idealnya) bak pasukan perang dimana ada pemimpin yang bijaksana dan pasukannya yang setia --di antara pasukan ada perwira yang dipilih pimpinan untuk peran dan kemampuan yang berbeda-- di medan perang, hubungan kesemuanya adalah saling membutuhkan untuk menyatu. Sehingga ketika ada musuh menyerang bagian kepalanya, ia akan melawan menggunakan ekornya, jika diserang pada bagian ekor, ia akan melawan dengan kepalanya, dan jika ia diserang bagian tengah tubuhnya, maka ia akan menggunakan kepala dan ekornya (James Clavell, 2002).
Dalam kasus motivasi tak langsung melalui pesan singkat ini, keterkaitan dalam hubungan organisasi kemudian memberikan percikan energi untuk turut saling merasa terlebih terhadap hal-hal positif. Dalam hal ini kita memainkan empati, bukan lagi simpati. Apalagi setelah membaca edaran PB PMII 26 Juni lalu yang memperbolehkan kembali aktifitas organisasi di semua jenjang kepengurusan (PR, PK, PC, PKC & PB), pesan-pesan singkat itu menjadi semacam radiasi (semangat) yang menjangkit, kemudian memicu reaksi.
Barangkali arus kita laiknya radiasi oleh reaktor nuklir yang siap meledak, sahabat. Tetapi yang menjadi kegelisahan, apakah dorongan-dorongan melalui pesan singkat ini akan (benar-benar) meledak dalam sebuah gerakan nyata? Tak pelak di depan kita adalah Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR) yang bisa disebut sebagai agenda yang (sedikit) tertunda. Kita tahu RTAR bagi kader PMII rayon adalah harapan baru bagi perubahan atas pergantian estafet kepengurusan. Seharusnya dorongan semangat sekecil apapun yang muncul akan mampu meledak di hadapan reaktor aktif RTAR ini.
Satu lingkup pergerakan PMII (idealnya) bak pasukan perang dimana ada pemimpin yang bijaksana dan pasukannya yang setia --di antara pasukan ada perwira yang dipilih pimpinan untuk peran dan kemampuan yang berbeda-- di medan perang, hubungan kesemuanya adalah saling membutuhkan untuk menyatu. Sehingga ketika ada musuh menyerang bagian kepalanya, ia akan melawan menggunakan ekornya, jika diserang pada bagian ekor, ia akan melawan dengan kepalanya, dan jika ia diserang bagian tengah tubuhnya, maka ia akan menggunakan kepala dan ekornya (James Clavell, 2002).
Dalam kasus motivasi tak langsung melalui pesan singkat ini, keterkaitan dalam hubungan organisasi kemudian memberikan percikan energi untuk turut saling merasa terlebih terhadap hal-hal positif. Dalam hal ini kita memainkan empati, bukan lagi simpati. Apalagi setelah membaca edaran PB PMII 26 Juni lalu yang memperbolehkan kembali aktifitas organisasi di semua jenjang kepengurusan (PR, PK, PC, PKC & PB), pesan-pesan singkat itu menjadi semacam radiasi (semangat) yang menjangkit, kemudian memicu reaksi.
Barangkali arus kita laiknya radiasi oleh reaktor nuklir yang siap meledak, sahabat. Tetapi yang menjadi kegelisahan, apakah dorongan-dorongan melalui pesan singkat ini akan (benar-benar) meledak dalam sebuah gerakan nyata? Tak pelak di depan kita adalah Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR) yang bisa disebut sebagai agenda yang (sedikit) tertunda. Kita tahu RTAR bagi kader PMII rayon adalah harapan baru bagi perubahan atas pergantian estafet kepengurusan. Seharusnya dorongan semangat sekecil apapun yang muncul akan mampu meledak di hadapan reaktor aktif RTAR ini.
Siapapun yang menjanjikan perubahan tentu memberikan harapan, akan tetapi semuanya belum tentu mampu mengendalikan perubahan itu sendiri. 'Dorongan-dorongan' antar sahabat menjanjikan perubahan. Sayangnya, tidak semuanya bisa memberi jawabnya. Setiap perubahan adalah memfokuskan diri untuk meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan tantangan dan peluang yang muncul.
Perubahan sesungguhnya bukan terjadi ketika suatu kepengurusan baru terbentuk, melainkan sepanjang kepengurusan lama belum berakhir. Di paruh akhir kepengurusan, pemegang estafet kepengurusan harus sudah memanfaatkan peluang untuk digunakan pada kepengurusan berikutnya. Kembali, 'dorongan-dorongan' antar sahabat adalah pemicunya, setiap saat.
Di sisi lain, celotehan sahabat ini juga harus dilihat sebagai decline (konflik sebagai tantangan dalam suatu hubungan) --yang perlu dituntaskan untuk menghindari kekacauan-- antara kekecewaan pada keadaan (pandemi covid-19) atau luapan perasaan semangat menggebu atas kelambanan gerakan. Jikalau ia merupakan kekecewaan pada keadaan yang mengekang, maka diperlukan suatu kondisi yang memberi ruang dan bisa diterima. Perlu diwaspadai ia bisa berubah destruktif oleh kondisi sekitar yang kelabakan menjawab keinginannya.
Lebih jauh, jika celotehan itu berarti luapan semangat menggebu atas kelambanan gerakan, kiranya kita perlu membaca tulisan June Gruber. Ketika suasana hati begitu baik, tulis Gruber, mempunyai kecenderungan membuat berbagai proyek akibat adanya luapan ide di kepala. Malangnya, hal ini tak melulu disertai perencanaan yang baik untuk mewujudkannya. Maknanya, ia pun memiliki potensi destruktif bagi diri sendiri juga lingkungan sekitar yang tidak dapat mengimbangi dengan gerakan terhadap ide-ide yang muncul.
Sudut pandang ini terlihat jelas kemampuan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri --yang merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi-- sedang dipertaruhkan. Adaptifitas kader PMII beriringan dengan upaya mempertahankan seluruh spirit pergerakan yang hadir. Apabila celotehan sahabat ini adalah kekecewaan pada kondisi yang membatasi peluang menelurkan ide pergerakan maka perlu disikapi dengan tindakan --berupa agenda ataupun ruang bersama-- yang mengondisikan suasana layak bertukar pikir dalam rasa kesetaraan.
Lebih jauh, jika celotehan itu berarti luapan semangat menggebu atas kelambanan gerakan, kiranya kita perlu membaca tulisan June Gruber. Ketika suasana hati begitu baik, tulis Gruber, mempunyai kecenderungan membuat berbagai proyek akibat adanya luapan ide di kepala. Malangnya, hal ini tak melulu disertai perencanaan yang baik untuk mewujudkannya. Maknanya, ia pun memiliki potensi destruktif bagi diri sendiri juga lingkungan sekitar yang tidak dapat mengimbangi dengan gerakan terhadap ide-ide yang muncul.
Sudut pandang ini terlihat jelas kemampuan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri --yang merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi-- sedang dipertaruhkan. Adaptifitas kader PMII beriringan dengan upaya mempertahankan seluruh spirit pergerakan yang hadir. Apabila celotehan sahabat ini adalah kekecewaan pada kondisi yang membatasi peluang menelurkan ide pergerakan maka perlu disikapi dengan tindakan --berupa agenda ataupun ruang bersama-- yang mengondisikan suasana layak bertukar pikir dalam rasa kesetaraan.
Kemudian untuk menjawab semangat menggebu dalam diri kader, setiap hal darinya termasuk celotehan dalam pesan singkat ini perlu digali agar segala maksud dan ide yang digagas bisa tersampaikan sesuai porsi. Lantas disikapi dengan gerakan yang menginisiasi ide tersebut tanpa berseberangan dengan kepentingan organisasi apalagi kalau memungkinkan bisa menjangkau orientasi ke depan. Mungkin ini terdengar sangat utopis, tetapi suatu harapan tidak mengenal ketinggian, mengingat suatu organisasi tidak pernah membatasi eksplorasi para kadernya.
Barangkali celotehan dari pesan singkat ini adalah luapan kerinduan akan memori pergerakan yang telah kita lalui, Sahabat. Luapan inilah yang menghidupi pergerakan. Suatu gerakan hadir hanya jika ada percikan-percikan spirit antar para pejuang. Kerinduan kita pada pergerakan ini memang mengagumkan, tapi tak berarti apa-apa jika --hanya mendapat centang dua tanpa biru (ala whatsapp)-- hanya diterima tanpa pernah disikapi.
*Betari Imasshinta, Wakil Ketua PMII Rayon Ushuluddin Masa Khidmat 2019/2020