Manuver Pembangunan Bangsa; Melihat Budaya, Menata Wacana, Membangun Gerakan

Model gerakan jalanan sudah saatnya bermanuver dan berintegrasi dengan gerakan pemikiran. Advokasi kepada masyarakat dan anak-anak berupa pendidikan dan doktrinasi islam ramah serta nasionalisme mutlak dilakukan dengan masif. Apa yang disebut penulis diatas bukan berarti menegasikan demontrasi sebagai salah satu alternatif gerakan dalam keikutsertaaan membangun bangsa. Namun penulis merasa bahwa ada yang lebih ugent untuk dilakukan guna berkontribusi aktif dalam membangun bangsa ini.
Manuver Pembangunan Bangsa

Indonesia merupakan Negara besar yang terdiri dari banyak daerah dan ribuan kepulauan. Pada 2004, Mendagri mencatat ada kurang lebih  17.504 pulau di Indonesia. Sebanyak 7.870 pulau telah memiliki nama dan 9.634 lainnya belum memiliki nama. Dengan wilayah yang sedemikian besarnya, layak jika perjuangan membangun dan memperjuangkannya memerlukan tenaga dan kekuatan ekstra. Terlebih lagi di era modern ini, dimana realitas global telah masuk terlalu dalam di berbagai sendi bangsa kita.
 
Integritas kita sebagai sebuah bangsa mendapat tantangan dari berbagai sudut dengan level yang berbeda. Trisakti pembangunan yang dicita citakan Soekarno digoyang dengan modernitas yang masif tersebar di seluruh dunia. Lalu mampukah kita sebagai bangsa menghadapinya?

Jawaban atas kegelisahan permasalahan bangsa hakikatnya berada pada pundak pemuda dan mahasiswanya. Generasi muda inilah yang nantinya akan menjawab berbagai problematika bangsa. Progresivitas mereka jugalah yang menentukan sanggup tidakkah kita sebagai bangsa menghadapi tantangan global dan modernisme. 

PMII sebagai Gerakan Alternatif
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kaderisasi yang berasaskan islamisme dan nasionalisme menjadi salah satu tonggak gerakan pembangunan bangsa. Ia hadir dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam perjuangan mempertahankan agama dan bangsa.
Sesuai dengan AD/ART BAB IV pasal 4 PMII memiliki tujuan “Terbentuknya pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggungjawab mengamalkan ilmunya, serta komitmen dalam memperjuangkan cita cita kemerdekaan Indonesia”. Maka sudah selayaknya PMII tak dipandang sebelah mata dalam membuat perubahan-perubahan besar untuk bangsa ini.

Dalam perjalanannya, PMII terbukti selalu berada di barisan paling depan dalam perjuangan kelas kemanusiaan dan pengawalan kebijakan serta titah-titah pemerintahan. PMII hampir selalu memiliki ide ide segar dan gerakan gerakan alternatif baru guna turut serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa. 

Poros gerakan dan wacana dibangun sedemikian rupa untuk ikut serta dalam menjaga kedaulatan bangsa. Perjuangan yang besar ini tentunya memerlukan narasi serta gerakan yang efektif. Perlu kiranya pembangunan narasi dan gerakan tersebut dilakukan lewat realitas konstruk sosial yang ada.
Rahasia progresivitas PMII terletak pada senjata ampuhnya yang bernama Paradigma PMII, yang berfungsi sebagai kompas untuk mengatur pola dan arah gerak PMII. Dengan paradigma inilah PMII menggubah dan memecah dikotomi permasalahan yang ada di masyarakat. Tak hanya itu, paradigma dalam kepentingan internal juga berfungsi sebagai jalan tengah berbagai sudut pandang dan dikotomi gerakan. 

Seperti contoh dikotomi model gerakan “jalanan” dan gerakan “pemikiran”, dimana keduanya menjadi sudut pandang yang paling sering diperdebatkan dalam setiap perumusan gerakan.  Gerakan jalanan cenderung pada percepatan transformasi sosial, sedangkan gerakan pemikiran lebih mengarah pada explorasi teoritik, seminar, diskusi, kajian-kajian, serta pertemuan-pertemuan ilmiah. Termasuk didalamnya penawaran konsep kepada pihak-pihak pemerintahan, baik yang berada pada jajaran eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

Manuver Gerakan Pembangunan Bangsa

Paradigma PMII merupakan kompas bagi seluruh kader PMII dalam keikutsertaanya membangun bangsa. Tak heran jika dalam berbagi manuver gerakannya selalu mengacu pada paradigma yang berlaku. Pada konteks Indonesia saat ini, paradigma PMII digunakan dalam menganalisis dan mengorek seluruh budaya masyarakat sekaligus permasalahan yang melingkupinya. Titik fokusnya terletak pada proses pembangunan generasi-generasi berwacana kritis dengan tingkat spiritualitas tinggi, memiliki pandangan futuristik, serta berjiwa nasionalis seperti yang dicita-citakan dalam AD/ART PMII.
 
Hakikat dari anaslisis tersebut berada pada kemampuan PMII dalam  mengimplementasikan studi advokasi di masyarakat.  Dengan modal pisau analisis paradigma PMII, NDP, serta landasan ahlussnunah waljamaah PMII sudah harus menitikberatkan advokasi masyarakat pada proses penggemblengan putra-putri terbaik bangsa. Hal itu dilakukan untuk antisipasi jangka panjang pembangunan peradaban dan moralitas bangsa. Menilik begitu derasnya arus modernitas serta semakin maraknya ideologi-ideologi yang berkemungkinan tak sejalur dengan pancasila dan UUD 1945.
Model gerakan jalanan sudah saatnya bermanuver dan berintegrasi dengan gerakan pemikiran. Advokasi kepada masyarakat dan anak-anak berupa pendidikan dan doktrinasi islam ramah serta nasionalisme mutlak dilakukan dengan masif.  Apa yang disebut penulis diatas bukan berarti menegasikan demontrasi sebagai salah satu alternatif gerakan dalam keikutsertaaan membangun bangsa. Namun penulis merasa bahwa ada yang lebih ugent untuk dilakukan guna berkontribusi aktif dalam membangun bangsa ini. 
Disadari atau tidak, budaya yang berbeda menuntut kita untuk menggunkan pendekatan yang bebeda dalam menyikapi bebagi permasalahan. Disinilah letak pentingnya melihat budaya untuk menata wacana guna membangun gerakan yang efektif dalam proses pembangunan bangsa.

*Ditulis oleh Nanang Bagus Zuliadi



Post a Comment

sahabat PMII wajib berkomentar untuk menunjang diskusi di dalam blogger

Lebih baru Lebih lama