(Sumber gambar: suara.com)
Agustus
adalah bulan keceriaan bagi bangsa Indonesia, tepatnya
pada tanggal 17 Agustus. Biasanya
bulan diisi
penuh dengan perayaan. Hal ini tidak terlepas
dari peristiwa 74 tahun silam, para tokoh pahlawan dengan
penuh perjuangan dan pengorbanan untuk mengusir penjajah.
Apa
saja perayaan HUT RI? Mulai dari pertandingan olah raga, seperti sepak bola,
bulu tangkis, tenis meja hingga pertandingan catur yang dilaksanakan ketingkat
RT dan RW. Setelah itu para
pemenangan akan dipertemukan lagi ditingkat yang lebih tinggi. Bahkan setiap
kecamatan atau kabupaten membuat perayaan dan perlombakan, yang pesertanya
berasal dari perwakilan desa.
Tidak
hanya pertandingan itu saja, bagi anak-anak dan juga ibu-ibu juga tidak mau
kalahnya ikut bertanding. Contohnya pertandingan balap karung, makan kerupuk,
nggigit kelereng, tarik tambah, hingga pertandingan lucu seperti balap karung
menggunakan helm kendaraan. Masyarakat
penuh dengan antusias dalam perlombaan tersebut.
Tahun
2019 ini, kini masyarakat sudah penuh dengan pemikiran yang kreatif. Setiap
rumah membuat hiasan lampu warna-warni sehingga jalan pun menjadi ramai dan
cantik. Tidak hanya itu juga, masyarakat juga membuat hiasan bunga yang terbuat
dari plastik bekas. Dengan ini, masyarakat bisa membantu program masyarakat
untuk mengurangi sampah agar tidak menjadi polusi. Salah satu warga juga
memperlombakan lampu hiasan ini untuk merayakan HUT RI yang ke 74. Hingga dari
dusun ke dusun membuat hiasan di sepanjang pinggir jalanan.
74
tahun Indonesia sudah merdeka. Waktunya pemuda-pemudi bangkit menyongsong
peradaban yang lebih baik. Bukan waktunya bermalas-malasan. Sebab Ir. Soekarno
pernah berkata “ Perjuanganku lebih mudah karna mengusir penjajah, perjuanganmu
akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.
Maka
dari itu, perlulah kita mengetahui peristiwa-peristiwa terbesar dalam sejarah
Indonesia. Apa saja peristiwa itu ? salah satunya adalah :
Peristiwa Rengasdengklok
Para
pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora
kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka
tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari
tanggal 16 Agustus 1945, mereka bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota
PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno dan Hatta, ke Rengasdengklok,
yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Detik-detik Pembacaan Naskah
Proklamasi
Perundingan
antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekanaan Indonesia berlangsung pukul 02.00-04.00 dini hari. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jln. Imam Bonjol NO.
1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan
Mr. Ahmad Soebarjo.
Teks
Proklamasi Indonesia diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945,
di kediaman Soekarno, jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain
Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada
pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato
singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu
Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil kota
Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Dan
masih banyak peristiwa lainnya yang menjadi bukti sejarah kemerdekaan Indonesia
ini. Yang perlu dikenang dan di simpan untuk anak cucu kita nantinya. Dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat kemerdekaan sebenarnya sudah sangat
menghargai adanya kedatangan hari kemerdakan tahun ini. Dengan penuh harapan,
untuk tahun yang akan datang, bangsa Indonesia tetap semangat dan membangun
karya untuk kemajuan negara Indonesia. Meneruskan perjuangan bangsa-bangsa kita
terdahulu, mengenang jasa-jasa para pahlawan.
(Ditulis
oleh sahabati Tri Mulya Ningsih, dari
anggota Biro Media dan Kepenulisan PMII RASHUL angkatan 2018)