Masih terdengar sisa-sisa suara ikrar janji pemuda-pemudi
indonesia dalam memperingati “Sumpah Pemuda” yang jatuh pada tanggal 28 Oktober
tahun 1928. Yang berbunyi :
Kami
putra dan putri indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air indonesia
Kami
putra dan putri indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami
putra dan putri indonesia, menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia
Tahun berganti tahun, memperingati hari “Sumpah Pemuda” semakin bervariasi. Namun apakah
ikrar sumpah tersebut menjamin rasa patriotisme dan nasionalisme generasi
indonesia untuk tetap kokoh layaknya arti atau makna simbol lambang negara
indonesia? Dan disini, akan sedikit tertuliskan bagaimana menyikapi hari “Sumpah Pemuda” generasi ke
generasi dengan tema “Semangat membara, terbengkalainya etika”.
Menyinggung generasi millenial mungkin sudah tidak heran
lagi, dalam hal ini tergaris bawahi konsumerisme. Tidak lagi mengenal umur,
tempat, dan status semua berbondong-bondong berpartisipasi dalam pengikraran
“Sumpah Pemuda” namun, partisipasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu ketika
alat komunikasi yang biasa disebut dengan gagdet akan mencapai puncak kejayaan yang begitu
sempurna. Seperti yang sudah tertulis bahwasannya, untuk memperingati hari
tersebut semangat kobaran api yang begitu membara dengan mudahnya menjadikan
etika terbengkalai.
Fakta membuktikan, partisipasi mereka semua dalam gadget
sangat mempengaruhi gaya hidup. Terlebih dalam penggunaan akun media sosial
yang sangat berlebihan menjadikan energi-energi negatif dalam pemaknaan arti
dan tujuan informasi. Terbukti dalam postingan-postingan dimedia sosial, entah
akun facebook, instagram, twitter, line, dan wassap tanpa pemfilteran yang
bernilai sehingga mengakibatkan sikap bodoamat terhadap informasi menjadikan tidak akurat atau tidak valid. Namun
sesuai persepsi seorang individu ,bagaimana memperlakukan gagdet sesuai porsi
masing-masing.
Tanpa disadari ada beberapa kasus dalam hal postingan informasi
yang salah sehingga mengakibatkan terjerat hukuman, hal ini yang menjadi
pelajaran bagi generasi millenial yang begitu mudah menerima informasi tanpa
diketahui sumbernya sehingga apapun hasil informasi menjadikan seseorang tidak
berpikir panjang bagaimana efek dari tindakan tersebut. Dan perlawanan demi
perlawanan dalam media sosial akan menjadi titik berat permasalahan
memperingati hari “Sumpah Pemuda”. Oleh sebab itu, semangat pemuda memang
diperlukan namun etika tetap menjadi tolak ukur dalam bersosialisasi
dilingkungan masyarakat. [Siti Markamah]