Judul Buku : Bangkitlah Gerakan Mahasiswa
Penulis : Eko Prasetyo
Penerbit : SOCIAL MOVEMENT INSTITUTE, 2014 Jl. Tanjung no.64
Sorogenen, Umbulharjo Yogyakarta bekerjasama dengan Resist Book
Cetakan : 2014
Tebal Buku : 134 hlm ; 16 x 24 cm
Pernyataan para mahasiswa itu bukan suatu pernyataan
politik, melainkan suatu pernyataan etik
~Jap Ki Hien~
Eko Prasetyo yang telah hengkang dari Pusham UII kini
memilih untuk memprakarsai Social Movement Institute (SMI). Bersama banyak
aktivis yang terlibat dalam berbagai bidang, SMI merupakan wujud dari upaya
aktif anak-anak muda untuk memproduksi pengetahuan dan merintis sekolah-sekolah
alternatif, di samping itu juga terlibat dalam pengembangan kurikulum sekolah
anak; Rumah Bermain Amartya. Beliau masih mendukung dan menulis di Resist Book,
kesehariannya lebih banyak digunakan untuk bertemu mahasiswa, menulis dan
mengembangkan pendidikan kritis. Salah satu upaya untuk membangun akar dan
memperluas kesadaran kritis pada kalangan muda.
Setelah membaca buku ini, sebagai mahasiswa harusnya merasa
tersinidir. Kebanyakan buku yang dibaca mahasiswa yaitu buku bacaan untuk
menunjang perkuliahan. Tapi, beda dengan buku ini, penulis menyajikannya dengan
penuh provokasi supaya gerakan di lingkungan mahasiswa bisa tercipta kembali.
Jika melihat dari judulnya saja, bisa diartikan bahwa penulis menyulut semangat
mahasiswa yang sekarang sudah acuh dengan kehidupan masyarat sekitar.
Eko Prasteyo lahir tanggal 6 Januari 1972 di Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur, Indonesia. Artinya, beliau sudah menginjak umur ke 46
tahun. Di kalangan para aktivis kampus, namanya sudah tidak asing lagi.
Sang aktivis sekaligus penulis yang kritis ini pernah
terlibat dalam TPM (Tim Pembela Muslim) untuk advokasi beberapa kasus hukum
yang menimpa Laskar Jihad. Saat ini beliau aktif di SMI (Social Movement
Institute), yang merupakan wadah pergerakan yang membela masyarakat tani,
nelayan, buruh, atau religius yang termarjinalkan. Disini beliau juga berupaya
menyadarkan masyarakat, terutama mahasiswa untuk bersikap kritis dan tanggap
terhadap isu-isu sosial di sekitarnya.
Melihat dari luar, sepintas buku ini syarat akan bau gerakan
progresif yang sangat menyengat. Dari judul dan cover buku yang bergambar
tangan terkepal, menandakan sebuah pergerakan untuk sosial kemasyarakatan. Isi
buku ini sangat provokatif, dan pembaca yang hanya ingin mengerti saja dan
menggunakan buku ini untuk bahan diskusi itu sangatlah belum cukup. Karna buku
ini bersifat menggerakan semangat para mahasiswa yang perannya sebagai Agent Of
Change.
Penampilan buku yang provokatif ini mencerminkan isinya, buku setebal 134 halaman ini mampu
membangkitkan sisi pergerakan mahasiswa yang sekarang sudah hampir hilang,
salah satunya karena rasa takut mahasiswa dengan peraturan kampus yang sangat
mencekik kebebasan mahasiswa. Penulis mengajak mahasiswa dengan gaya bahasa
yang sangat menggebu-gebu serta penuh emosional untuk lebih peka terhadap
permasalahan sosial di sekitarnya.
Ada salah satu bab yang isinya wawancara imaginer pers
kampus dengan Bung Karno, yang isinya kebanyakan sebuah perbandingan antara
semangat Bung Karno saat menjadi mahasiswa dengan para mahasiswa di masa
sekarang. Selain perbandingan, di bab tersebut juga berisi pernyataan dan
solusi Bung Karno untuk mahasiswa supaya bisa mengikuti jejaknya dalam bergerak
di sosial kemasyrakatan.
Selain bab wawancara dengan Bung Karno, ada juga bab yang
menjelaskan bahwa mahasiswa sekarang sangat patuh terhadap peraturan kampus,
yang membuatnya tidak bebas dalam melakukan pergerakan. Di buku ini juga
menjelaskan bahwa tenaga pengajar yang ada di kampus hanya bisa menerangkan
mata kuliah yang mereka ampu saja, dan tidak pernah membahas permasalahan
sosial yang ada di sekitarnya, apalagi mencari solusi untuk permasalahan tersebut.
Buku ini menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat sangat
membutuhkan gerakan-gerakan mahasiswa untuk kesejahteraan mereka. Karena
disadari atau tidak sudah banyak permasalahan sosial yang terselesaikan sebab
kerja sama antara mahasiswa dan masyarakat, baik dengan aksi ataupun tanpa aksi
(baca;demonstrasi). Dalam membaca buku ini sebaiknya perlu berhati-hati karena bisa saja setelah membaca
buku ini kita menjadi malas untuk kuliah, disebabkan narasi yang diangkat buku
ini menggambarkan sifat monoton nya kampus. Jika tidak diimbangi dengan
organisasi, maka kehidupan kita di kampus sangatlah membosankan.
Buku ini memang berisi provokasi untuk menjadi mahasiswa
yang aktif berorganisasi serta memegang teguh tanggung jawab sosial yang
dibebankan kepada mahasiswa. Ditilik dari modernisme yang saat ini sudah
tertanam erat dalam mindset dan bahkan sudah menjadi gaya hidup, maka alangkah
lebih baik jika kita berusaha mengimbangi antara kuliah dan organisasi tanpa
menafikan kepekaan kita terhadap persoalan masyarakat yang ada. Adanya buku
ini, bisa membuat mahasiswa lebih peka dengan permasalahan sosial di sekitar.
"Semoga Bermanfaat". [Fine]