Sebagai manusia pergerakan, apalagi sebagai seorang mahasiswa yang
kodratnya sebagai agent of change kita harus melakukan sesuatu yang
tidak biasa bagi kebanyakan orang. Kader PMII yang notabene menjadi agen penggerak
setiap anggotanya supaya menjadi manusia yang bisa bermanfaat dan tidak salah
dalam melakukan sesuatu.
Menjadi kader PMII juga, kita diwajibkan untuk menjalankan amanat
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) untuk menggali nilai-nilai yang ada
di dalamnya. Nilai-nilai tersebut berangkat dari pengalaman juga keberpihakan
terhadap rumusan yang biasa di sebut Nilai Dasar Pergerakan (NDP).
NDP merupakan sublimasi nilai-nilai ke-Islaman, seperti kemerdekaan
(al-hurriyah), persamaan (al-musawa), keadilan (al-adalah), toleran (tasamuh),
damai (al shuth) dan ke-Indonesiaan (pluralisme suku, agama, ras, pulau dan
akulturasi budaya) dengan kerangka paham ahlussunah wal jama’ah.
Kedudukan NDP dan
Fungsinya
Kedudukannya sebagai sumber kekuatan ideal-moral dari aktivitas pergerakan
dan menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berpikir,
berucap, bertindak dalam aktivitas pergerakan. Sedangkan, fungsinya menjadi
kerangka refleksi (landasan berfikir), kerangka aksi (landasan berpijak), kerangka
ideologis (sumber motivasi). Dengan kedudukan dan fungsi NDP tersebut, kita
bisa melihat begitu pentingnya nilai-nilai dasar pergerakan bagi bergeraknya manusia.
Membumikan
NDP dengan Rumusan Hablu min an-nas
Sebagai makhluk sosial, manusia pastilah saling berinteraksi satu sama
lain. Sesama manusia juga saling membutuhkan. Manusia di ciptakan sebagai
makhluk untuk menegakkan kesederajatan antara sesama manusia. Dengan majunya
tekhnologi di Indonesia, banyak orang yang sibuk dengan gadgetnya dibandingkan
saling sapa satu sama lain. Manusia sekarang, cenderung menjadi pribadi yang individualis bukan
sosialis. Padahal, kodrat kita sebagai manusia adalah saling berinteraksi satu
sama lain.
Untuk mewujudkan manusia yang tidak terlalu condong pada gadget dan lebih
sering berinteraksi bisa dengan cara kita mencari jati diri kita sebagai
manusia, yaitu saling membutuhkan satu sama lain. Semisal, sebelum kita meminta bantuan
dengan orang yang awalnya belum kita kenal bisa dengan mengawali percakapan
dengan perkenalan, misalnya menyapa dengan kata "Hai, namanya
siapa?". biasanya kita merasa grogi sebelum mengajak kenalan orang lain
terlebih dahulu. Seperti takut dikira sok kenal atau bagaimana, meskipun sebenarnya
belum kenal dan memang belum pernah berkenalan.
Karena sejatinya semua manusia di dunia ini di ciptakan sama saja. Bukan
hanya saat kita berada di lingkungan yang ramai orang, saat di lingkungan keluarga sendiri jika tidak ada yang mulai pembahasan, maka umumnya
kita akan sibuk dengan urusan kita sendiri namun lebih banyak berhubungan dengan
teknologi masa kini. Dengan menyapa
terlebih dahulu kita juga menjadi pribadi yang ramah dan tidak sombong.
*Oleh Sahabat Fine Kusuma J. (kader PMII Rashul 2017)