Narasumber: Gigih Firmansyah
Mengenai santri dan media sosial, sebagaimana beberapa hari yang lalu kita telah melewati moment hari Santri Nasional yang ke tiga di Indonesia. Oleh karna itu, berbagai ajang dan kegiatan mewarnai moment tersebut. Semua itu merupakan bukti refleksi akan hari Santri Nasional.
Santri yang dimaksud disini bukanlah mereka yang mondok saja, tetapi mereka yang mempunyai akhlak selayaknya santri. Inilah yang memicu kalangan masyarakat umum untuk mengakui adanya hari santri, dan ikut berpartisipasi baik di dunia nyata maupun maya. Hal ini dibuktikan dari beberapa kegiatan yang ikut meramaikan moment tersebut. Sedangkan dalam dunia maya semakin marak twibbon, meme maupun video youtube yang ikut berpartisipasi dalam moment hari santri tersebut.
Jika kita menilik negara Indonesia tampak perjuangan para pahlawan dulu dan terdapat beberapa yang berasal dari kalangan santri. Kyai dulu dengan para pahlawan, lebih kuat Nasionalis-nya seorang kyai. Mengapa tidak? KH. Musthofa Bisri atau yang akrab dengan sapaan Gus Mus saja jika ditanya mengenai alasan tersebut, beliau menjawab “Bahwa mereka mencintai dan merasa wajib menjaga tanah air mereka, kebanyakan bukan karena mengerti nasionalisme tapi karena logika sederhana ‘tanah air (Indonesia) adalah rumah mereka, tumpah darah mereka, tempat mereka menghirup udaranya, tempat mereka sujud ditanahnya, dst.” Namun, sayangnya sedikit sekali masyarakat Indonesia yang menengok perjuangan para Kyai. Contoh kecil Kyai Abas Buntet pada saat menyerang Belanda di Surabaya, tetapi pada sejarahnya jarang sekali yang mengetahui dan menengok sosok kyai tersebut.
Jika dikaitkan dengan zaman sekarang, dimana semua masyarakat terutama kalangan mahasiswa pasti mempunyai smartphone. Dan semua mahasiswa pasti berkecimpung dalam jejaring sosial entah itu facebook, twitter, instagram, bbm, maupun whatsapp. Namun semua media tersebut memicu munculnya beberapa sisi kenegatifan jikalau pengguna tidak mampu bijak dalam menggunakannya. Contoh saja pada google hampir 90% terdapat konten yang terindikasi aliran wahabi. Termasuk dalam media sosial lainnya masih banyak konten yang di produksi oleh kalangan wahabi. Direktur NU online mengatakan dari 10 besar media sosial di Indonesia, NU berada pada posisi ke empat. Sedangkan selainnya berisi tentang wahabi. Contoh real mengenai kasus Bupati Lampung Selatan yang memprovokasi masyarakat akan hari santri, namun diketahui referensinya berasal dari youtube dan medsos. Padahal sekelas bupati, namun dapat melakukan hal tersebut.
Oleh karena itu, sebagaimana kita mahasiswa maka kita harus menggunakan media sosial dengan bijak. Walaupun pengetahuan kita tidak seberapa, namun kita mampu memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah atau informasi bagi mereka yang bisa dikatakan dalam status kalangan awam. Kita sebagai mahasiswa tidak mampu menangkis berita hoax tersebut namun, setidaknya meminimalisir dengan berpartisipasi meramaikan medsos dengan kalimat-kalimat positif dan bermanfaat. Sebagaimana kita merupakan kalangan berpendidikan maka kita harus mengetahui mana situs yang benar dan tidak. Serta berhati-hati dalam memilih dan memilah informasi dan mengkroscek terlebih dahulu informasi yang kita terima.
Sesi Diskusi Interaktif
Penanya 1: Bagaimana mengenai kesenjangan santri sekarang karena medsos mengakibatkan dampak putusnya tali silaturahmi?
Mengenai batasan tali silaturahmi, para ulama fiqh masih berada dalam masalah perdebatan mengenai hal tersebut. Tapi berkenaan dengan medsos juga dapat dijadikan ajang silaturahmi, namun mengenai dampak perdebatan hingga munculnya putus dalam hal silaturahmi lebih baik silaturahmi langsung ke rumah. Karena pada dasarnya tradisi silaturahmi yang berada dalam negara kita adalah bertemu langsung dan bertatap muka bukan sekedar chatingan.
Penanya 2: Perihal wahabi dan konteks mengenainya serta bagaimana cara menghukuminya?
Mengenai wahabi. Seseorang yang di klaim wahabi pasti akan marah-marah dan merasa tidak terima. Semua organisasi juga menyebut dirinya sebagai Aswaja. Karena, ada klaim kebenaran bahwa orang yang masuk surga ialah mereka yang aswaja. Sedangkan mereka para wahabi dapat dilihat mereka merupakan pengikut Abdul Wahab dari Nejed, Arab Saudi yang menyerap ajaran Ibnu Taimiyah walau tak sepenuhnya. Adapun diantara kebiasaan mereka adalah tidak menyukai ziarah kubur, karena menurutnya dihukumi syirik. Wasilah kepada orang hidup boleh, tetapi wasilah kepada orang meninggal itu tidak boleh. Sedangkan dalam menghukumi sesuatu mereka harus melalui takhrij dari syekh al-A’la al Banni mengenai suatu hadist tersebut.
Penanya 3: Maksud dan tujuan para kyai belajar hingga ke timur tengah sedangkan, di Indonesia banyak perguruan tinggi?
Dulu ulama kita belajar di mekkah. Misal Mbah Kholil Bangkalan, Mbah Sholeh Darat dll. Selama disana ulama tersebut mempunyai reportase internasional. Mereka disana rata-rata menjadi seorang guru besar. Meskipun mereka berasal dari Jawa namun, bahasa mereka jauh lebih fushah dari masyarakat asli, karena asal bahasa arab bertendensi dari Al-Qur’an. Bagi mereka yang belajar di Barat pasti mempunyai missi orientalis tertentu. Contoh kecil, Nur Cholis Madjid dalam meneliti Kyai Mojo namun, malah ke Ibnu Taimiyah. Maka dari itu mereka yang belajar disana harus mempunyai tendensi yang kuat.
Penanya 4: Bagaimana santri dapat mempertahankan kekuatan negaranya sedangkan dari pola pikirnya tercampur media sosial? Serta dampak media yang membuat kita lupa akan tujuan awal?
Perlu diketahui Obama menjadi presiden gara-gara media sosial. Mereka melalui jejaring meme dan ini penerapannya hampir persis pada pilkada DKI kemarin. Mereka ynag bergeliat dalam hal tersebut melalui tulisan yang dibuat framming sedemikian rupa sehingga tidak dapat terdeteksi apalagi oleh masyarakat awam. Semua media itu tidak ada yang real atau independent bahkan sekelas Kompas pun. Mereka membuat tulisan dan menggiring mereka melalui opini yang pengaruhnya begitu signifikan. Apalagi jika mereka menyinggung masalah agama. Namun, semua itu bisa tertangkap. Oleh karena itu, maka perlu adanya sikap kritis dari diri sendiri dalam menyikapi realita yang ada. Sebagai mahasiswa, paling minimal mungkin dengan cara mengeshare makalah-makalah ringan keranah dunia maya.
Beberapa referensi jaringan wahabi di internet sebagai berikut: Ar- Rahmah.com, Mustaqbal.com, Panji News.com, Twibbon Islam.com, Islam Post, Portal_Islam.co.id, Rumaysho.com, Muslimah.co.id, El-Manhaj.co.id, dll.
Kesimpulan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling banyak masyarakatnya beragama muslim. Ini bisa dilihat dari kaca mata sosial sebagaimana maraknya santri dan persantren di belahan Indonesia. Namun, seiring berkembangnya zaman, tak dipungkiri santri sekarang banyak yang turut memanfaatkan jejaring media sosial. Oleh karena itu, sebagaimana santri yang baik maka pergunakanlah media sosial dengan cara yang bijak dan bisa dipertanggung-jawabkan. Serta sebagai seorang mahasiswa dituntut harus kritis terhadap informasi yang beredar.
Noted By: Sahabati Nur Khayati
Mengenai santri dan media sosial, sebagaimana beberapa hari yang lalu kita telah melewati moment hari Santri Nasional yang ke tiga di Indonesia. Oleh karna itu, berbagai ajang dan kegiatan mewarnai moment tersebut. Semua itu merupakan bukti refleksi akan hari Santri Nasional.
Santri yang dimaksud disini bukanlah mereka yang mondok saja, tetapi mereka yang mempunyai akhlak selayaknya santri. Inilah yang memicu kalangan masyarakat umum untuk mengakui adanya hari santri, dan ikut berpartisipasi baik di dunia nyata maupun maya. Hal ini dibuktikan dari beberapa kegiatan yang ikut meramaikan moment tersebut. Sedangkan dalam dunia maya semakin marak twibbon, meme maupun video youtube yang ikut berpartisipasi dalam moment hari santri tersebut.
Jika kita menilik negara Indonesia tampak perjuangan para pahlawan dulu dan terdapat beberapa yang berasal dari kalangan santri. Kyai dulu dengan para pahlawan, lebih kuat Nasionalis-nya seorang kyai. Mengapa tidak? KH. Musthofa Bisri atau yang akrab dengan sapaan Gus Mus saja jika ditanya mengenai alasan tersebut, beliau menjawab “Bahwa mereka mencintai dan merasa wajib menjaga tanah air mereka, kebanyakan bukan karena mengerti nasionalisme tapi karena logika sederhana ‘tanah air (Indonesia) adalah rumah mereka, tumpah darah mereka, tempat mereka menghirup udaranya, tempat mereka sujud ditanahnya, dst.” Namun, sayangnya sedikit sekali masyarakat Indonesia yang menengok perjuangan para Kyai. Contoh kecil Kyai Abas Buntet pada saat menyerang Belanda di Surabaya, tetapi pada sejarahnya jarang sekali yang mengetahui dan menengok sosok kyai tersebut.
Jika dikaitkan dengan zaman sekarang, dimana semua masyarakat terutama kalangan mahasiswa pasti mempunyai smartphone. Dan semua mahasiswa pasti berkecimpung dalam jejaring sosial entah itu facebook, twitter, instagram, bbm, maupun whatsapp. Namun semua media tersebut memicu munculnya beberapa sisi kenegatifan jikalau pengguna tidak mampu bijak dalam menggunakannya. Contoh saja pada google hampir 90% terdapat konten yang terindikasi aliran wahabi. Termasuk dalam media sosial lainnya masih banyak konten yang di produksi oleh kalangan wahabi. Direktur NU online mengatakan dari 10 besar media sosial di Indonesia, NU berada pada posisi ke empat. Sedangkan selainnya berisi tentang wahabi. Contoh real mengenai kasus Bupati Lampung Selatan yang memprovokasi masyarakat akan hari santri, namun diketahui referensinya berasal dari youtube dan medsos. Padahal sekelas bupati, namun dapat melakukan hal tersebut.
Oleh karena itu, sebagaimana kita mahasiswa maka kita harus menggunakan media sosial dengan bijak. Walaupun pengetahuan kita tidak seberapa, namun kita mampu memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah atau informasi bagi mereka yang bisa dikatakan dalam status kalangan awam. Kita sebagai mahasiswa tidak mampu menangkis berita hoax tersebut namun, setidaknya meminimalisir dengan berpartisipasi meramaikan medsos dengan kalimat-kalimat positif dan bermanfaat. Sebagaimana kita merupakan kalangan berpendidikan maka kita harus mengetahui mana situs yang benar dan tidak. Serta berhati-hati dalam memilih dan memilah informasi dan mengkroscek terlebih dahulu informasi yang kita terima.
Sesi Diskusi Interaktif
Penanya 1: Bagaimana mengenai kesenjangan santri sekarang karena medsos mengakibatkan dampak putusnya tali silaturahmi?
Mengenai batasan tali silaturahmi, para ulama fiqh masih berada dalam masalah perdebatan mengenai hal tersebut. Tapi berkenaan dengan medsos juga dapat dijadikan ajang silaturahmi, namun mengenai dampak perdebatan hingga munculnya putus dalam hal silaturahmi lebih baik silaturahmi langsung ke rumah. Karena pada dasarnya tradisi silaturahmi yang berada dalam negara kita adalah bertemu langsung dan bertatap muka bukan sekedar chatingan.
Penanya 2: Perihal wahabi dan konteks mengenainya serta bagaimana cara menghukuminya?
Mengenai wahabi. Seseorang yang di klaim wahabi pasti akan marah-marah dan merasa tidak terima. Semua organisasi juga menyebut dirinya sebagai Aswaja. Karena, ada klaim kebenaran bahwa orang yang masuk surga ialah mereka yang aswaja. Sedangkan mereka para wahabi dapat dilihat mereka merupakan pengikut Abdul Wahab dari Nejed, Arab Saudi yang menyerap ajaran Ibnu Taimiyah walau tak sepenuhnya. Adapun diantara kebiasaan mereka adalah tidak menyukai ziarah kubur, karena menurutnya dihukumi syirik. Wasilah kepada orang hidup boleh, tetapi wasilah kepada orang meninggal itu tidak boleh. Sedangkan dalam menghukumi sesuatu mereka harus melalui takhrij dari syekh al-A’la al Banni mengenai suatu hadist tersebut.
Penanya 3: Maksud dan tujuan para kyai belajar hingga ke timur tengah sedangkan, di Indonesia banyak perguruan tinggi?
Dulu ulama kita belajar di mekkah. Misal Mbah Kholil Bangkalan, Mbah Sholeh Darat dll. Selama disana ulama tersebut mempunyai reportase internasional. Mereka disana rata-rata menjadi seorang guru besar. Meskipun mereka berasal dari Jawa namun, bahasa mereka jauh lebih fushah dari masyarakat asli, karena asal bahasa arab bertendensi dari Al-Qur’an. Bagi mereka yang belajar di Barat pasti mempunyai missi orientalis tertentu. Contoh kecil, Nur Cholis Madjid dalam meneliti Kyai Mojo namun, malah ke Ibnu Taimiyah. Maka dari itu mereka yang belajar disana harus mempunyai tendensi yang kuat.
Penanya 4: Bagaimana santri dapat mempertahankan kekuatan negaranya sedangkan dari pola pikirnya tercampur media sosial? Serta dampak media yang membuat kita lupa akan tujuan awal?
Perlu diketahui Obama menjadi presiden gara-gara media sosial. Mereka melalui jejaring meme dan ini penerapannya hampir persis pada pilkada DKI kemarin. Mereka ynag bergeliat dalam hal tersebut melalui tulisan yang dibuat framming sedemikian rupa sehingga tidak dapat terdeteksi apalagi oleh masyarakat awam. Semua media itu tidak ada yang real atau independent bahkan sekelas Kompas pun. Mereka membuat tulisan dan menggiring mereka melalui opini yang pengaruhnya begitu signifikan. Apalagi jika mereka menyinggung masalah agama. Namun, semua itu bisa tertangkap. Oleh karena itu, maka perlu adanya sikap kritis dari diri sendiri dalam menyikapi realita yang ada. Sebagai mahasiswa, paling minimal mungkin dengan cara mengeshare makalah-makalah ringan keranah dunia maya.
Beberapa referensi jaringan wahabi di internet sebagai berikut: Ar- Rahmah.com, Mustaqbal.com, Panji News.com, Twibbon Islam.com, Islam Post, Portal_Islam.co.id, Rumaysho.com, Muslimah.co.id, El-Manhaj.co.id, dll.
Kesimpulan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling banyak masyarakatnya beragama muslim. Ini bisa dilihat dari kaca mata sosial sebagaimana maraknya santri dan persantren di belahan Indonesia. Namun, seiring berkembangnya zaman, tak dipungkiri santri sekarang banyak yang turut memanfaatkan jejaring media sosial. Oleh karena itu, sebagaimana santri yang baik maka pergunakanlah media sosial dengan cara yang bijak dan bisa dipertanggung-jawabkan. Serta sebagai seorang mahasiswa dituntut harus kritis terhadap informasi yang beredar.
Noted By: Sahabati Nur Khayati